Tpinews21.com – Kabupaten Tangerang | Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Tangerang Banten, menyoroti juga ihwal keluhan warga akibat dampak dari kegiatan proyek pembangunan kawasan industri milik PT Irama Gemilang Lestari (IGL) yang terletak di Desa Cileles Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang.
Diketahui, kegiatan proyek pembangunan kawasan industri IGL itu mengakibatkan terjadinya terjadinya penyempitan daerah aliran sungai (DAS) dan berdampak banjir sehingga merendam sawah sebagai lahan pertanian milik warga sehingga mengakibatkan gagal panen.
Ketua komisi 4 DPRD Kabupaten Tangerang dari fraksi partai Golkar Wahyu Nugroho mengatakan, Apakah penyempitan itu terjadi akibat urugan tanah dari kegiatan proyek pembangunan kawasan industri itu atau tidak, dan perlu ditinjau kembali terkait analisis dampak lingkungan (AMDAL).
“Harus dilihat dulu AMDAL dan Pail banjir nya seperti apa, apakah itu merusak tatanan lingkungan yang ada atau tidak,” ungkap Wahyu Nugroho ketua komisi 4 DPRD Kabupaten Tangerang melalui telepon, Rabu (25/5/2022).
Kendati demikian, ujar Wahyu, untuk menyikapi keluhan atau aspirasi masyarakat terkait persoalan ini, hal ini akan dia sampaikan dalam pembahasan di komisi 4 DPRD Kabupaten Tangerang.”Nanti kita diskusikan di komisi 4 DPRD kabupaten Tangerang,” ujar anggota dewan dapil 1 ini.
Dikabarkan sebelumnya, Sopian (34) warga kampung Bantar Panjang RT 01 RW 05 Desa Cileles Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang Banten mengaku dirugikan dan gagal panen. Kerugian tersebut terjadi menyusul adanya proyek pembangunan kawasan industri milik PT. IGL disekitar lokasi persawahan warga, efeknya sawah milik orang tuanya tak bisa digarap akibat terendam banjir.
“Kalau hujan nggak deras tetap aja banjir, karena DAS Muhara semakin menyempit sehingga air meluap ke sawah saya, sejak sebelum puasa kemarin saya sudah gagal panen dan saat ini nggak bisa lagi bercocok tanam,” ujarnya Sopian saat ditemui awak media di lokasi persawahan pada Senin (23/5/2022) sekira pukul 17.00 WIB.
Sopian mengaku sudah sawah milik orang tuanya sudah diajukan ke pihak perusahaan untuk pembebasan, namun hingga kini tak terealisasi. “Jika ingin di bayar, ya silahkan dibayar, kalau tidak ya DAS nya harus diperbaiki biar air sungai ini tidak membanjiri sawah, sungai Muhara ini rusak sejak adanya proyek ini,” keluh Sopian.
Senada dengan ustadz Abudin menceritakan hal yang lebih miris lagi, pasalnya, efek dari proyek pembangunan kawasan industri IGL ini, tanaman padi miliknya yang sudah menguning dan didepan mata hasil panen ada di genggamannya, harus pasrah menerima kenyataan pahit.
“Sebelum puasa ramadhan 1443 H itu sudah banjir, padi saya sudah mulai menguning jadi rusak dan gagal panen akibat banjir, saya sudah keluhkan ke pihak pekerja namun tak digubris,” cerita ustadz Abudin. (Red/Brn).